Senin, 28 April 2014

TIKET MID ALPRO : Kumpulan Program Menggunakan Turbo Pascal 7.0




Program Tiket MID.
PRAKTIKUM
ALGORITMA DAN PEMROGRAMAN

OLEH
LUH PUTU SUCI VANDASARI
F1A113054
KELAS A

JURUSAN MATEMATIKA
PROGRAM STUDI MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
2014
 

Kamis, 17 April 2014

TP 7 ALPRO : Kumpulan program if...then (fungsi f(x), tahun kabisat, nilai akhir, dan nilai maksimal minimal)




Tugas Pendahuluan 7.
PRAKTIKUM
ALGORITMA DAN PEMROGRAMAN

OLEH
LUH PUTU SUCI VANDASARI
F1A113054
KELAS A

JURUSAN MATEMATIKA
PROGRAM STUDI MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
2014
 

TP 6 KAL2 : Integral



Tugas Pendahuluan 6.
PRAKTIKUM
KALKULUS II

OLEH
LUH PUTU SUCI VANDASARI
F1A113054
KELAS A

JURUSAN MATEMATIKA
PROGRAM STUDI MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
2014
 

Senin, 14 April 2014

TP 6 ALPRO : Kumpulan program repeat until menggunakan Turbo Pascal 7.0



Tugas Pendahuluan 6.
PRAKTIKUM
ALGORITMA DAN PEMROGRAMAN


OLEH
LUH PUTU SUCI VANDASARI
F1A113054
KELAS A

JURUSAN MATEMATIKA
PROGRAM STUDI MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
2014
 

Jumat, 11 April 2014

TP 5 ALPRO : Kumpulan program while do, for do untuk fungsi sigma, dan perulangan



Tugas Pendahuluan 5.
PRAKTIKUM
ALGORITMA DAN PEMROGRAMAN


OLEH
LUH PUTU SUCI VANDASARI
F1A113054
KELAS A

JURUSAN MATEMATIKA
PROGRAM STUDI MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
2014

 

TP 5 KAL2 : Turunan



Tugas Pendahuluan 5.
PRAKTIKUM
KALKULUS II


OLEH
LUH PUTU SUCI VANDASARI
F1A113054
KELAS A

JURUSAN MATEMATIKA
PROGRAM STUDI MATEMATIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HALU OLEO
2014

Selasa, 08 April 2014

Resensi Cerpen : Tentang Malin Kundang



“ TENTANG MALIN KUNDANG “



Judul buku                               : Kumpulan Cerpen Malam Terakhir
Judul Cerpen                           : Tentang Malin Kundang
Penulis                                     : Leila S. Chudori
Penerbit                                   : PT Pustaka Utama Grafiti
Tempat dan tahun terbit            : Jakarta 1989
Cetakan                                   : I
Ukuran                                    : 19 cm, xii + 208 hlm.

Leila S. Chudori lahir di Jakarta tanggal 12 Desember 1962, pada akhir tahun 1970-an ia sudah dikenal sebagai cerpenis remaja.  Waktu itu ia masih SMP, meskipun ia sudah menulis sejak kelas V SD. Memasuki dekade 1980-an, karya-karyanya semakin memperlihatkan kematangan sebagai pengarang. Alumni Universitas Trent, Ontario, Canada (1988) ini pernah bergabung dengan majalah Jakarta Jakarta, dan sekarang wartawan Tempo.
Leila bercerita tentang kejujuran, keyakinan, tekad, prinsip, dan pengorbanan. Ia banyak mempergumamkan simbol-simbol untuk memperkuat kesan suasana dan pemikiran yang hendak dikemukakannya. Satu hal lain yang istimewa dalam cerpen-cerpen Leila ialah bahwa ia tidak ragu-ragu menceritakan hal-hal yang tabu bagi masyarakat tradisional. Gaya cerita Leila intelektual sekaligus puitis. Banyak ideom dan metafor baru disamping pandangan falsafi yang terasa baru karena pengungkapan yang baru. Sekalipun  bermain dalam khayalan lukisan-lukisannya sangat kasat mata. Beberapa fiksinya yang telah dibukukan antara lain Hadiah (1976), Seputih Hati Andra (1981), dan Sebuah Kejutan (1983).
Salah satu cerpen Leila yang telah dibukukan dalam satu judul buku Kumpulan Cerpen Malam Terakhir adalah “Tentang Malin Kundang”. Saat kita membaca atau mendengar kata Malin Kundang, yang terbersit dipikiran kita adalah seorang anak yang durhaka terhadap ibunya. Cerpen “Tentang Malin Kundang” memiliki akhir yag kurang lebih sama walau dalam versi yang berbeda.
Cerpen ini bercerita tentang seorang ibu yang memiliki 5 orang anak dengan fisik yang tidak sempurna. Sentot anak lelaki pertamanya yang tak memiliki tangan kiri diajar untuk mandiri dengan tangan kanannya. Dina yang tak mempunyai tangan kanan juga diajar untuk dapat bertumpu pada tangan kirinya. Waluyo yang kehilangan kaki kiri diajar untuk berjalan tanpa tongkat atau apa pun. Pada Gani yang kehilangan biji mata, sang ibu tak lelah menyalakan rasa percaya diri, agar dunianya yang gelap gulita jadi lebih terang. Dan pada si bungsu Kurdi yang bisu, sang ibu  yakin bahwa berkomunikasi dalam diam sering lebih berarti daripada dalam keriuhan.
Mereka tumbuh menjadi aak-anak yang lucu, manis, cerdas, dan mengagumkan.sama atau bahkan lebih dari anak-anak yang dianugrahi kesempurnaan fisik. Tak mudah membangun rasa percaya diri pada kelima anak ini, karena setiap mata sempurna melihat kecacatan mereka. Dengan penuh kesabaran sang ibu tetap menawarkan ide-ide atau cara-cara baru bagi anak-anaknya untuk menanggulang hal-hal yang melukai eksistensi mereka.
Namun seiring berjalannya waktu rasa iri dan dengki mulai tumbuh di hati mereka. Melihat anak-anak yang memiliki fisik sempurna membuat mereka menginginkan kecacatan dalam diri setiap orang. Keluhan yang mereka lontarkan tidak menghambat sang Ibu untuk tetap membangkitkan rasa percaya diri mereka di depan anak-anak normal, bahkan untuk membuktikan bahwa mereka sama dengan anak normal lainnya, sang ibu mengangkat seorang anak yang bernama Kasandra sebagai salah satu bagian dari keluarga mereka. Kasandra yang polos dan penuh tawa mencoba beradaptasi dengan saudara-saudara angkatnya dan tak lupa mengabdi kepada sang Ibu angkatnya. Setiap hari Kasandra menghabiskan waktu bersama ibu angkatnya. Seringkali anak yang lain merasa risi dengan kehadiran anak itu. Bahkan apapun yang Kasandra lakukan membuat kelima anak yang lain merasa tersinggung dan cemburu karena apa yang dilakukan kasandra, tidak dapat mereka lakukan. Karena diliputi rasa cemburu, mereka pun  berencana untuk melepas hubungan dengan ibu kandungnya. Karena menurut mereka sang ibu telah merubuhkan rumah ketentraman yang selama ini mereka jaga. Semua kesalahan dan dosa dilimpahkan kepada sang ibu.
Suatu malam mereka berlima berencana untuk mengenyahkan ibu mereka dari muka bumi ini, agar segera  menghapus fakta bahwa mereka adalah darah daging sang ibu. Dengan mengenyahkan sang ibu mereka menganggap segala fakta yang menjadi sejarah eksistensi mereka, telah mereka hapus, sehingga mereka tidak perlu merasa berdosa untuk segera mengenyahkan ibunda yang mereka anggap sudah menyia-nyiakan eksistensi mereka.
Dengan penuh semangat, mereka mengaduk serpihan-serpihan racun kedalam cangkir teh yang biasa diminum sang ibu petang hari. The itu diberikan kepada sang ibu yang hendak mengambil keranjang sulam bersama Kasandra. Dengan wajah pucat dan jantung berdebar kelima anak itu menyaksikan sang ibu meminum teh tersebut, namun tak ada reaksi apapun. Sebaliknya mereka berlimalah yang merasakan efek racun tersebut.
Melihat hal itu, mereka marah karena tidak berhasil melenyapkan sang ibu. Kurdi anak bungsu sang ibu kembali menyodorkan secangkir teh yang berisi racun dan memaksa sang ibu untuk meminumnya. Sang ibu sangat sedih melihat prilaku kelima anaknya yang tidak memiliki rasa percaya diri dan rasa terima kasih. Namun apa yang kelima anak itu harapkan tidak terjadi. Sag ibu masih tetap hidup, namun sebaliknya rucun itu menggerogoti tubuh mereka. Sang ibu dan Kasandra kaget melihat mereka menggelepar di lantai, apa lagi ketika tubuh kelima anak itu perlahan-lahan mengeras dan membatu.
Cerpen ini merupakan salah satu cerpen terbaik Leila. Dimana cerpen ini menggambarkan kehidupan manusia yang mementingkan eksistensi, sekaligus menggambarkan bahwa tidak ada manuasia yang sempurna. Leila mengkemas cerita ini dengan sangat apik membuat kita ingin segera mengetahui akhir ceritanya. Selain itu, isi cerita sangat sesuai dengan judul bahkan lebih menarik. Di cerpen ini tidak ditemukan adanya kesalahan cetak pada kata, hal ini menunjukkan hasil pengeditan yang baik. Sayangnya bahasa yang digunakan tidak cocok bagi orang awam dan pelajar SD serta SMP. Gaya bahasa yang digunakan adalah bahasa baku dan puitis. Sehingga orang susah untuk memahaminya. Selain itu, sampul buku kurang menarik.
Namun dibandingkan karya cerpennya yang lain seperti Paris, dan Adila; cerpen Tentang Malin Kundang tidak mengandung unsur yang berbau dewasa atau mengandung unsur pergerakan untuk mencapai kebebasan seperti cerpen-cerpennya yang lain (Malam terakhir, Derap Tari Gumboot Di Atas Air, dan Sebuah Buku Merah Dan Karbol, dan lain-lain). Cerpen ini lebih mengandung unsure sosial yang nyata tentang eksistensi dalam masyarakat dengan saling menghargai kecacatan setiap insan.

Resensi Non Fiksi : Mengenal Dunia Puisi



“ MENGENAL DUNIA PUISI”


 
Judul Buku                     : Berkenalan Dengan Puisi.
Penulis                             : Prof. Dr. Suminto A. Sayuti.
Penerbit                           : GAMA MEDIA.
Tempat, Tahun Terbit  : Yogyakarta, Maret 2002.
Cetakan                           : I.
Tebal Buku                     : xvi + 404 Hlm.
Ukuran Buku                 : 14 X 20 cm




Prof. Dr. Suminto A. Sayuti adalah Guru Besar  Sastra Modern pada Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Yogyakarta. Sejak masih mahasiswa aktif menulis di media cetak (bahasa jawa dan Indonesia), baik puisi, esai, seni budaya, maupun artikel kependidikan. Disamping itu, penulis yang lahir pada tanggal 26 Oktober 1956 ini menulis makalah yang dimuat di sejumlah jurnal, atau untuk kepentingan seminar dan diskusi.
Salah satu bukunya yang sangat popular di dunia sastra adalah Berkenalan Dengan Puisi. Buku ini memperkenalkan berbagai hal yang terkait dengan puisi Indonesia modern. Buku ini berisi batasan puisi, dasar ekspresi, teknik ekspresi, bahasa ekspresi, bunyi dan aspek puitiknya, diksi, citraan, bahasa kias, sarana retorik, wujud visual, makna, dan beberapa catatan akhir. Dengan membaca buku ini diharapkan pembaca mempelajari berbagai kemungkinan pengembangan dan penerapan lebih lanjut tentang puisi. Misalnya saja dituangkan dalam tulisan dalam bentuk esai maupun kritik.
Pada bagian lain pembaca dipersilahkan membaca puisi sebanyak − banyaknya dalam rangka meliat elemen tertentu. Untuk itu, sebagai perkenalan lebih lanjut pada hampir setiap akhir pembicaraan diberi contoh, baik yang hanya sejumlah kutipan puisi maupun yang berupa pembicaraan atas sejumlah puisi penyair tertentu.
Sebagai karya tentang puisi, buku ini berbeda, karena tidak terdapat catatan − catatan sumber rujukan dalam tubuh pembicaraan. Buku ini sengaja disajikan dengan bahasa yang “sederhana”, dan tidak terlalu baku, sehingga mudah dipelajari dan dipahami oleh siapa saja yang berminat memiliki “kemampuan menikmati” puisi dan cover bukunya pun sangat menarik.
Pembahasan dan pemaparan tentang puisi modern dan aspek−aspeknya sangat lengkap. Sayangnya pembahasan dan pemaparannya terlalu panjang sehingga terkadang orang malas untuk membaca. Kebanyakan orang lebih tertarik pada puisi-puisi yang terdapat dalam buku ini ketimbang cara atau teknik berpuisi dan aspek−aspek puisi yang dijabarkan.
Selain bukunya Berkenalan Dengan Puisi, Prof. Dr. Suminto A. Sayuti telah menerbitkan banyak buku dan puisi. Buku yang telah ia terbitkan antara lain Puisi dan Pengajarannya (1985), Himpunan Analisis Sastra (1984), Apresiasi Prosa Fiksi (1996), dan masih banyak lagi. Puisi-puisinya yang telah dipublikasikan antara lain Lima Tujuh Lima (Antologi Puisi Bersama) (1978), antara lain Malam Lereng  (1981), Sembilu  (Antologi Puisi Bersama) (1982), Tugu  (Antologi Puisi Bersama) (1978), Pesta Api  (Antologi Puisi Bersama) (1989), dan lain-lain.

Cerpen : Kesialan Di Hari Kamis



“ KESIALAN DI HARI KAMIS “
Created by Suci & Evie.


           
Namaku Uci, begitulah teman-teman memanggilku. Nama lengkapku Luh Putu Suci Vandasari, karena badanku kecil dan imut maka orang-orang lebih senang memanggilku Uci. Hari ini adalah hari Kamis, aku berangkat ke sekolah seperti biasa. Tak ada yang istimewa. Jam pertama dan kedua aku belajar bahasa Inggris. Pelajaran berikutnya olahraga, sehingga aku dan teman sekelasku berganti pakaian. Setelah berganti baju kami melakukan gerakan pemanasan di lapangan tenis. Lalu segera menuju lapangan basket sesuai arahan Pak Arimapa, guru olahragaku.
            Hari ini kami bermain basket, namun sebelum bermain Pak guru mengabsen kami.
            “ Andi Riska…”
            “Hadir Pak” jawab Riska.
            “ Lilyani Barung…Luh Putu Suci Vandasari…? Ada?”
            “ Hadir Pak” jawabku dan Lily bersamaan.
Setelah selesai mengabsen semua siswa, kami dibagi menjadi dua tim. Aku, Evie, Rasyiqah, Lili, Marda, dan Debby satu tim. Kami melawan Riska, Ela, Kiki, Audra, Ira, dan Rani. Pertandingan berlangsung sengit. Setelah 10 menit berlalu skor masih bertahan 0-0.  Ketika Marda mencoba memasukkan bola ke ring, Kiki menghalanginya. Kiki berhasil merebut bola. Kemudian ia melempar bola ke Rani. Saat Rani menggiring bola, Evie mencoba merebutnya. Evie  berhasil merebut bola dan melempar bola ke Lili. Namun aku heran mengapa setelah itu Evie terduduk di pinggir lapangan sambil memegang pergelangan kaki kirinya. Tapi tak lama kemudian Evie bermain kembali. Tiba-tiba terdengar bunyi peluit yang menandakan pertandingan telah usai. Pertandingan berakhir dengan skor 1-1.
            Aku dan teman-teman kembali ke kelas dengan peluh bercucuran. Setelah berganti pakaian, kami beristirahat. Sebagian ada yang ke kantin dan sebagian lainnya tetap di kelas. Saat pelajaran matematika aku mendengar Evie yang duduk di sebelahku mengeluh sambil memijit-mijit kakinya.
            “Ev, kamu kenapa ? Kakimu sakit ? ” tanyaku sambil memperhatikan kaki Evie.
            Sepertinya kakiku keseleo deh pas main basket tadi. Punya minyak kayu putih nggak ? Kakiku sakit banget nih ” balasnya.
            “Kok bisa keseleo ? tanyaku lagi.
            Namun Evie tak menjawabnya, aku pun segera mencarikannya minyak kayu putih. Aku meminjam pada Marda tapi ia tidak punya. Melihat aku kebingungan, Ajat bertanya,
“Uci cari apa ? “
“Cari minyak kayu putih, punya nggak ? “ balasku
“Ooh, iyah ini minyak kayu putihnya” sambil menyerahkan minyak kayu putih.
Setelah mendapatkan minyak kayu putih, aku memberikannya kepada Evie. Ia segera mengoleskan minyak kayu putih di pergelangan kakinya.
     “Aduh, kakiku sakit sekali. Rasanya aku ingin pulang saja “ keluh Evie.
     “Tapi jam terakhir mau ulangan bahasa Indonesia. Tahan saja sampe jam pulang. “
     Jam terakhir selesai. Aku mengemasi barang-barangku. Aku melihat Evie tertatih-tatih saat berjalan. Dari raut wajahnya terlihat Evie sangat kesakitan. Bahkan aku harus membantunya berjalan keluar sekolah. Kami berpisah di halte depan sekolah. Aku melambaikan tangan saat angkot RRI yang ditumpangi Evie mulai meninggalkan halte. Namun Evie hanya membalasnya dengan senyuman tipis.
     Saat aku berjalan pulang dan meninggalkan halte, aku teringat flashdisk yang aku titip pada Evie kemarin. Di dalam flashdisk itu ada tugas bahasa inggris yang akan dikumpul besok lusa, hari Sabtu. Maka aku kembali ke halte depan sekolah. Aku menunggu angkot RRI yang menuju rumah Evie. Tak lama kemudian angkot bergaris merah yang tak lain adalah angkot RRI menghampiriku. Dengan tergesa-gesa aku mendekati angkot RRI itu. Karena tidak berhati-hati dahiku terbentur di pintu angkot. BANG!! dahiku terbentur sangat keras, membuatku berkunang-kunang. Aku kira aku akan pingsan, tapi ternyata tidak. Hanya 5 orang yang melihatku terbentur yaitu supir angkot, seorang wanita di dalam angkot, dan 3 anak laki-laki dari  SMK 1 yang sedang menunggu angkot juga. Ketiga cowok itu menertawakan kebodohanku. Dengan muka merah menahan sakit dan malu aku bergegas masuk ke dalam ankot.
Sakit De?” tanya supir angkot saat aku sudah duduk di dalam angkot.
Sedikit Pak, he he” jawabku.
Tentu saja aku berbohong, kepalaku sakit luar biasa, dan kudengar 3 anak laki-laki itu masih tertawa. Namun momen itu tidak berlangsung lama, mereka tidak memperhatikanku lagi. Mereka kembali pada urusan mereka masing-masing. Supir angkot kembali menunggu penumpang, wanita dalam angkot sibuk dengan hp-nya dan tiga anak laki-laki itu tak lagi tertawa. Aku pun berpura-pura bermain hp sambil menahan rasa sakit. Rasanya kepalaku mau pecah. Saat aku meraba dahiku, aku merasa dahiku benjol. Sepertinya hari ini aku kena sial! Batinku.
Sesampainya di rumah Evie aku menceritakan kejadian sialku itu pada Evie dan mamanya. Mereka menertawai kebodohanku.
“ Kok bisa sih Ci, memangnya kamu nggak tunduk saat mau masuk mobil angkot?” tanya Evie sambil membawa minuman untukku.
“ Udah, tapi ternyata aku kurang tunduk. Malunya dilihat orang.”
“ Ha ha ha, makanya hati-hati. Jangan terburu-buru. Cepat olesi minyak gosok, supaya benjolnya nggak tambah besar” kata mamanya Evie.
“ Iya, Tan. Nanti di kost saja. Evie, flashdiskku mana?”
“ Ini. Oh ya, besok kalau kakiku belum sembuh aku mau izin aja. Tolong kasi tahu guru yang mengajar ya. Nanti aku kirim surat keterangan sakit juga” kata Evie memegang-megang pergelangan kaki kirinya.
“Iya, tenang aja. Ya udah aku pamit dulu ya. Mari Tante, Evie aku pulang dulu” aku berajak mengenakan sepatu dan menuju pintu.
“ Iya” jawab mamanya Evie.
“ Sepertinya hari ini kita berdua sedang sial. Kakiku keseleo dan dahimu benjol. Kita senasib” kata Evie sambil tertawa lepas.
“ Iya juga ya? Ha ha ha” jawabku sebelum meninggalkan rumah Evie.
Sesampainya dirumah aku mengompres dahiku yang benjol dengan air hangat.

End.