Selasa, 08 April 2014

Cerpen : Kesialan Di Hari Kamis



“ KESIALAN DI HARI KAMIS “
Created by Suci & Evie.


           
Namaku Uci, begitulah teman-teman memanggilku. Nama lengkapku Luh Putu Suci Vandasari, karena badanku kecil dan imut maka orang-orang lebih senang memanggilku Uci. Hari ini adalah hari Kamis, aku berangkat ke sekolah seperti biasa. Tak ada yang istimewa. Jam pertama dan kedua aku belajar bahasa Inggris. Pelajaran berikutnya olahraga, sehingga aku dan teman sekelasku berganti pakaian. Setelah berganti baju kami melakukan gerakan pemanasan di lapangan tenis. Lalu segera menuju lapangan basket sesuai arahan Pak Arimapa, guru olahragaku.
            Hari ini kami bermain basket, namun sebelum bermain Pak guru mengabsen kami.
            “ Andi Riska…”
            “Hadir Pak” jawab Riska.
            “ Lilyani Barung…Luh Putu Suci Vandasari…? Ada?”
            “ Hadir Pak” jawabku dan Lily bersamaan.
Setelah selesai mengabsen semua siswa, kami dibagi menjadi dua tim. Aku, Evie, Rasyiqah, Lili, Marda, dan Debby satu tim. Kami melawan Riska, Ela, Kiki, Audra, Ira, dan Rani. Pertandingan berlangsung sengit. Setelah 10 menit berlalu skor masih bertahan 0-0.  Ketika Marda mencoba memasukkan bola ke ring, Kiki menghalanginya. Kiki berhasil merebut bola. Kemudian ia melempar bola ke Rani. Saat Rani menggiring bola, Evie mencoba merebutnya. Evie  berhasil merebut bola dan melempar bola ke Lili. Namun aku heran mengapa setelah itu Evie terduduk di pinggir lapangan sambil memegang pergelangan kaki kirinya. Tapi tak lama kemudian Evie bermain kembali. Tiba-tiba terdengar bunyi peluit yang menandakan pertandingan telah usai. Pertandingan berakhir dengan skor 1-1.
            Aku dan teman-teman kembali ke kelas dengan peluh bercucuran. Setelah berganti pakaian, kami beristirahat. Sebagian ada yang ke kantin dan sebagian lainnya tetap di kelas. Saat pelajaran matematika aku mendengar Evie yang duduk di sebelahku mengeluh sambil memijit-mijit kakinya.
            “Ev, kamu kenapa ? Kakimu sakit ? ” tanyaku sambil memperhatikan kaki Evie.
            Sepertinya kakiku keseleo deh pas main basket tadi. Punya minyak kayu putih nggak ? Kakiku sakit banget nih ” balasnya.
            “Kok bisa keseleo ? tanyaku lagi.
            Namun Evie tak menjawabnya, aku pun segera mencarikannya minyak kayu putih. Aku meminjam pada Marda tapi ia tidak punya. Melihat aku kebingungan, Ajat bertanya,
“Uci cari apa ? “
“Cari minyak kayu putih, punya nggak ? “ balasku
“Ooh, iyah ini minyak kayu putihnya” sambil menyerahkan minyak kayu putih.
Setelah mendapatkan minyak kayu putih, aku memberikannya kepada Evie. Ia segera mengoleskan minyak kayu putih di pergelangan kakinya.
     “Aduh, kakiku sakit sekali. Rasanya aku ingin pulang saja “ keluh Evie.
     “Tapi jam terakhir mau ulangan bahasa Indonesia. Tahan saja sampe jam pulang. “
     Jam terakhir selesai. Aku mengemasi barang-barangku. Aku melihat Evie tertatih-tatih saat berjalan. Dari raut wajahnya terlihat Evie sangat kesakitan. Bahkan aku harus membantunya berjalan keluar sekolah. Kami berpisah di halte depan sekolah. Aku melambaikan tangan saat angkot RRI yang ditumpangi Evie mulai meninggalkan halte. Namun Evie hanya membalasnya dengan senyuman tipis.
     Saat aku berjalan pulang dan meninggalkan halte, aku teringat flashdisk yang aku titip pada Evie kemarin. Di dalam flashdisk itu ada tugas bahasa inggris yang akan dikumpul besok lusa, hari Sabtu. Maka aku kembali ke halte depan sekolah. Aku menunggu angkot RRI yang menuju rumah Evie. Tak lama kemudian angkot bergaris merah yang tak lain adalah angkot RRI menghampiriku. Dengan tergesa-gesa aku mendekati angkot RRI itu. Karena tidak berhati-hati dahiku terbentur di pintu angkot. BANG!! dahiku terbentur sangat keras, membuatku berkunang-kunang. Aku kira aku akan pingsan, tapi ternyata tidak. Hanya 5 orang yang melihatku terbentur yaitu supir angkot, seorang wanita di dalam angkot, dan 3 anak laki-laki dari  SMK 1 yang sedang menunggu angkot juga. Ketiga cowok itu menertawakan kebodohanku. Dengan muka merah menahan sakit dan malu aku bergegas masuk ke dalam ankot.
Sakit De?” tanya supir angkot saat aku sudah duduk di dalam angkot.
Sedikit Pak, he he” jawabku.
Tentu saja aku berbohong, kepalaku sakit luar biasa, dan kudengar 3 anak laki-laki itu masih tertawa. Namun momen itu tidak berlangsung lama, mereka tidak memperhatikanku lagi. Mereka kembali pada urusan mereka masing-masing. Supir angkot kembali menunggu penumpang, wanita dalam angkot sibuk dengan hp-nya dan tiga anak laki-laki itu tak lagi tertawa. Aku pun berpura-pura bermain hp sambil menahan rasa sakit. Rasanya kepalaku mau pecah. Saat aku meraba dahiku, aku merasa dahiku benjol. Sepertinya hari ini aku kena sial! Batinku.
Sesampainya di rumah Evie aku menceritakan kejadian sialku itu pada Evie dan mamanya. Mereka menertawai kebodohanku.
“ Kok bisa sih Ci, memangnya kamu nggak tunduk saat mau masuk mobil angkot?” tanya Evie sambil membawa minuman untukku.
“ Udah, tapi ternyata aku kurang tunduk. Malunya dilihat orang.”
“ Ha ha ha, makanya hati-hati. Jangan terburu-buru. Cepat olesi minyak gosok, supaya benjolnya nggak tambah besar” kata mamanya Evie.
“ Iya, Tan. Nanti di kost saja. Evie, flashdiskku mana?”
“ Ini. Oh ya, besok kalau kakiku belum sembuh aku mau izin aja. Tolong kasi tahu guru yang mengajar ya. Nanti aku kirim surat keterangan sakit juga” kata Evie memegang-megang pergelangan kaki kirinya.
“Iya, tenang aja. Ya udah aku pamit dulu ya. Mari Tante, Evie aku pulang dulu” aku berajak mengenakan sepatu dan menuju pintu.
“ Iya” jawab mamanya Evie.
“ Sepertinya hari ini kita berdua sedang sial. Kakiku keseleo dan dahimu benjol. Kita senasib” kata Evie sambil tertawa lepas.
“ Iya juga ya? Ha ha ha” jawabku sebelum meninggalkan rumah Evie.
Sesampainya dirumah aku mengompres dahiku yang benjol dengan air hangat.

End. 

1 komentar: