Gemercik Cinta
Dalam Mitos
CUAP-CUAP PENULIS
Selamat Siang dan salam sejahtera bagi kita semua.
Aku senang
sekali, karena akhirnya aku bisa menyelesaikan cerpen pertamaku ini sebagai
tugas sekolah. Awalnya aku tidak berniat membuat cerpen dengan tema percintan,
melainkan pengorbanan. Namun, karena cerpen yang kubuat dengan tema pengorbanan
tidak berjalan mulus, maka enam hari sebelum tugas ini di kumpul aku membuat
cerpen baru dengan susah payah dan terburu-buru, dan inilah DIA..!!!
Aku
ingin mengucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah mendukungku dalam
pembuatan cerpen ini, khususnya Rey yang telah suka rela mencetakkan cerpenku
ini. Dan aku juga ingin berterimakasih kepada ibu guru yang telah memberikan
tugas ini, semoga nilaiku baik, hehehe.
Tapi
tanda terima kasihku yang terbesar adalah pada ayahku yang telah membelikan aku
print setelah aku memberitahu bahwa ‘aku tidak tahu dimana akan print tugas
cerpenku ini’. Walaupun printnya datang terlambat, tapi aku sangat senang.
Terima kasih PAPA!!
Dan
yang terakhir, terima kasih bagi yang membaca cerpenku ini, semoga kalian
terhibur walau hanya sedetik.
Luh Putu Suci Vandasari.
Serpihan hujan sore ini,
Tak membuatku melupakan derit langit menangis..
Kemilau jingga di ufuk barat,
Tak menghilangkan
ingatanku pada dirimu..
Kau selalu ada dan akan selalu ada
Tak kan pernah menghilang dari hidupku..
Drap..!
drap..! drap!!
Langkah
kaki bersahutan menghampiriku di depan kelasku XII IPA 2, bahkan hampir
menabrakku. Anak-anak kelas satu memang benar-benar enerjik. Pagi-pagi begini
sudah lari-lari di koridor.
“ Kak Ayu!! Tolong pinjam
kunci ruang festival yang tidak terpakai itu dong” seru Eky
“ Iya kak. Kami ingin membuktikan mitos yang ada di sekolah
ini, tolonglah” kata Aura memelas.
Ternyata
Eky dan Aura, benar-benar mereka ini tidak ada bosan-bosannya meminta kunci
ruang festival lama, walaupun sudah kutolak setiap hari. Walaupun aku ini
anggota OSIS, tapi kenapa selalu aku sih yang membawa kunci ruang festival.
Membuat hidupku tidak tenang. Setiap pagi harus menghadapi rintihan gadis
remaja yang haus cinta seperti ini. Benar-benar menyebalkan, ditambah lagi
orang ini.
“ Hai gadis-gadis kecil ! Maaf ya dia ini memang
tidak ramah dan pelit ” celetuk Dylan yang tiba-tiba berada dibelakangku,
sambil merangkulku. Inilah orang yang kumaksud tadi.
Dylan
adalah tetanggaku dan juga teman bermainku semasa kecil. Keluarga kami sangat
akrab. Mungkin hubungan kami lebih seperti keluarga daripada seperti teman.
Dari SD sampai SMP aku selalu sekelas dengannya, adik-adik kami juga selalu
sekelas. Namun di SMA ini aku tidak lagi sekelas dengannya. Sejak kelas X
sampai kelas XII Dylan selalu di kelas IPA 1 dan aku di kelas IPA 2. Hal itu
membuatku sedikit tenang, setidaknya dia tidak mengganggu kehidupanku di kelas,
walau kadang dia datang tak terduga dan bertingkah menyebalkan seperti saat
ini.
“ Apa yang kau lakukan?!
Lepaskan!” kataku sambil menepis tangannya dari pundakku.
“ Galak banget sih, dikit
doang” Dylan memasang wajah cemberutnya.
Wajah
cemberut yang aneh menurutku namun tidak bagi kedua gadis di hadapanku ini.
Mereka langsung terpesona melihat hal itu. Benar-benar masih dalam masa pertumbuhan,
batinku. Tetapi memang kuakui sejak masuk SMA Dylan menjadi lebih populer
mungkin karena ketampanannya dan lagi Dylan ikut klub basket yang sangat
terkenal dengan pemain-pemainnya yang memiliki paras dan talenta yang menarik
bagi kaum hawa. Namun bukan karena hal itu yang membuatku memiliki perasaan
khusus padanya.
“ Ada perlu apa di ruang
festival lama? Sudah jadi gudang peralatan seni kan? Dan lagi tidak pernah
dibersihkan” tanya Dylan ingin tahu.
“ Soalnya ada mitos itu! ‘
jika sepasang kekasih berciuman di ruang festival lama, maka cinta mereka akan
abadi ‘ “ Eky menjelaskan mitos itu dengan mata berbina-binar. Huff, ampun deh.
“ Wah! romantis sekali!
Apalagi besok bulan purnama” kata Dylan dengan wajah berharap.
“ Memangnya kamu cewek.
Jangan ikut-ikutan, dasar!” kataku tidak setuju. Walau dalam hati aku ingin
melakukannya suatu hari nanti.
“ Eh! Kenapa?? Tidak boleh
ya? Padahal aku ingin melakukannya juga”
“ Tentu saja tidak boleh,
kau itu kan cowok ” benar-benar cowok ini pikirannya seperti cewek, batinku.
“ Wah kalian berdua serasi
sekali” kata Eky dengan mata berbinarnya
melihat kami berdua.
“ Kak Dylan dan kak Ayu
tidak mau mencoba mitos itu?” Aura ikut menimpali.
“ Kami dengar dari kakak kelas yang lain, kalian
sangat akrab. Walau kami tahu kalian tidak pacaran tapi kalau melihat sikap
kalian seperti tadi kami merasa kalian sangat cocok” Eky mulai mengeluarkan analisis
cintanya.
“ Benarkah? Bukankah itu hal yang bagus sayang?
” Dylan tersenyum membuat wajahku seketika itu terasa panas. Walaupun Dylan
sering berkata seperti itu, tapi aku tetap saja merasa malu. Huft dasar cowok
ini.
“ Hem... itu sih pandangan
yang tidak akan pernah terwujud” jawabku cuek.
“ Kenapa? Padahal
kaliankan sangat cocok” tanya Eky sedih.
“ Benar!! Kak Ayu yang
cantik dan Kak Dylan yang tampan merupakan pasangan yang sangat serasi. Kenapa
kalian tidak pacaran saja? Ya kan Eky?”
“yap! Benar sekali” jawab
Eky mantap.
Anak-anak
ini tidak tahu apa yang mereka katakan,
sembarangan saja.
“ Itu tidak mungkin
terjadi, karena aku pernah ditolak oleh cowok ini” kataku tanpa menatap Dylan.
Aku tahu Dylan sedang menatapku. Pernyataanku itu tidak salah bukan? Tentu
saja, karena itu kenyataan.
“ EHHH...???”
“ APA!!!!!” Eky dan Aura
berteriak berbarengan. Membuat telingaku sakit.
Seperti
hal yang biasa terjadi di SMA Nusa Bangsa ini, kabar mengenai percintaan pasti
tersebar dengan cepat bahkan di umumkan diradio sekolah. Tapi aku tidak ambil
pusing dengan hal itu. Itukan kenyataan tak perlu dipungkiri seburuk apapun hal
itu.
“ Ayu apa kabar itu benar?
” tanya Lian dengan wajah menyelidiknya ketika kami makan di kantin.
Sepertinya
Lian tidak percaya pada berita itu. Yah wajar saja sih, karena aku adalah salah
satu gadis tercantik di sekolah, walau aku tidak tahu siapa yang mencetuskan
hal itu. Tentu saja Lian harus berpikir seratus kali untuk mempercayainya
walaupun cowok yang menolakku adalah salah satu cowok terpopuler disekolah.
“ Ya. Memangnya kenapa?”
tanyaku heran.
“ Sulit dipercaya! Ayu
seorang gadis idola sekolah yang cantik dan manis ditolak oleh seorang cowok
yang menurutku tidak bisa dikatakan pantas untukmu, cowok yang tidak pernah
serius seperti Dylan apa bagusnya sih?”.
Aku tidak
menyangka Lian akan berkata seperti itu. Aku benar-benar terharu dan juga
senang. Walaupun kata-katanya sedikit menghina Dylan.
“ Ha..ha..ha kau jangan
terlalu melebih-lebihkan dong aku jadi malu sendiri nih”
“ Malu kenapa? memang itu
kenyataan kok, lagi pula kenapa harus kamu yang nembak dia sih? Kan malu kalau
ditolak”
“ Entahlah..sudah ah
jangan bahas masalah ini terus, aku jadi nggak makan-makan nih” kataku sambil
menghabiskan suapan terakhir nasi kuningku.
“ Apanya yang nggak
makan-makan? Nyatanya habis. Kau ini perut karet!” kata Lian sambil
memperhatikan dua piring yang kosong dihadapanku sambil geleng-geleng kepala.
“He..he..he aku kan masih
dalam masa pertumbuhan jadi harus banyak makan dong. Kamu juga seharusnya
mengikuti porsi makanku, coba lihat badanmu tinggal tulang belulang gitu. Masa’
makan roti doang mana ada vitaminnya
tuh” kataku mengalihkan pembicaraan ke arah dirinya.
“Apa katamu? Coba katakan
sekali lagi kalau kau ingin dirimu tidak pulang dengan keadaan utuh!” Lian
mulai mengeluarkan aktingnya.
“ Benarkah?” aku tersenyum
melihatnya.
Lian
adalah sahabatku sejak masuk SMA. Dia sangat menjaga penampilannya, bahkan dia diet
agar langsing. Itu wajar saja karena Lian adalah salah satu model majalah
remaja yang cukup terkenal. Tapi kalau aku sih malas dan tidak akan pernah
diet. Aku ingin menikmati hidupku tanpa mengkhawatirkan badanku akan gemuk atau
menjadi gendut. Lagipula biar aku makan sebanyak apapun berat badanku tidak
pernah naik. Mungkin karena aku suka joging setiap hari.
“ Ayu, aku mau tanya lagi
nih” kata Lian sambil menyisir rambut panjangnya, saat kami sedang di
perpustakaan.
“ apa?”
“ Kenapa kamu bisa menyerah
tentang Dylan?”
“ Memangnya tidak boleh?”
tanyaku balik.
“ Bukan gitu, setahuku
dirimu itu seperti batu karang. Tapi ternyata bisa hancur dan menyerah juga”
kata Lian sambil mengambil buku Astronomi. Aku tidak menyangka kalau Lian
menganggapku seperti itu. Itu terlalu berlebihan.
“ Oke aku cerita. Hem begini,
setelah ditolak olehnya 4 tahun yang lalu saat kelas 3 SMP, aku jadi canggung
padanya dan membuat hubungan kami menjadi kaku. Padahal keluarga kami sangat
akrab. Makanya aku membuat janji padanya ‘ tidak akan menyukai Dylan dan tetap
menjadi teman masa kecilnya’ begitu” jawabku mengingat janji yang terlanjur aku
ucapkan itu.
Brak!!! Tiba-tiba saja
Lian berdiri, membuatku kaget setengah mati.
“ Kok bikin janji seperti
itu? Itu sama saja menutup kesempatan bukan?” suara lantangnya menyebar di
seluruh ruangan.
“ Hey jangan berisik! Ini
perpustakaan tahu” teriak penjaga perpustakaan.
“ Maafkan kami” jawab kami
bersamaan.
“ Lanjut kepermasalahan
tadi” kata Lian sambil melotot.
“ kalau tidak begitu, aku
hanya bisa berharap terus. Dan nantinya hanya menyakitiku, aku tidak mau begitu”
kataku sambil tersenyum pedih.
“ Ayu...” Lian memandangku
sedih.
“ Ayu!!! Aku pasti akan
membuatmu bahagia dan melupakan Dylan jelek itu” teriak Lian.
“ Hah??”
“Kau pasti akan menemukan
kebahagian cinta yang sesungguhnya!” teriak Lian lagi sambil menggenggam
tanganku, membuat semua orang yang ada di perpustakaan memandang kami termasuk
penjaga perpustakaan dengan wajah marahnya.
“ Kalian berdua,
KELUAR!!!!!”
To Be Continued :D
tergantung~ :3
BalasHapusha ha iya Ela, ada chapter 2 nya. Tunggu saja :D
BalasHapus