CINTA DAN PENCARIAN
DIRI
Jogjakarta
Cetakan : Pertama, Agustus 2009
Tebal : xii + 444 halaman
Cetakan : Pertama, Agustus 2009
Tebal : xii + 444 halaman
“Karena hanya bersama kamu,
segalanya terasa dekat, segala sesuatunya ada, segala sesuatunya benar. Dan
Bumi hanyalah sebutir debu di bawah telapak kaki kita”
(
Dee_Perahu Kertas )
Karya-karya
Dewi Lestari atau yang populer dengan nama pena Dee, memang banyak mengangkat
tema cinta, mulai Supernova (tiga seri), Filosofi Kopi, hingga Rectoverso.
Demikian pula novel terbarunya ini yang diterbitkan pada tanggal 29 Agustus 2009, “Perahu Kertas”,
masih kental tema cinta. Bedanya, novel ini bergenre populer dan menggunakan
tokoh remaja yang berproses hingga menemukan kematangannya.
Karena
bergenre populer, pembaca setia karya-karya Dee ketika baru memulai membaca
novel ini mungkin akan sedikit merasakan hal yang agak berbeda dibandingkan
saat menikmati karya Dee sebelumnya yang cenderung ''serius". Bisa
dikatakan bahwa novel ini secara gaya penyajian dan alur mirip dengan chicklit
atau teenlit. Akan tetapi, lambat laun pembaca akan merasakan ruh Dee dalam
novel yang ditulis selama 55 hari, sambil
menyepi di rumah kos untuk menyegarkan
ingatannya pada dunia kampus. Dalam semua tahapan ini Dee menganggapnya sebagai
sebuah prestasi sebagai penulis lintas usia. Tulisan
yang reflektif, dan dalam batas-batas tertentu, bagi yang cukup akrab dengan
tulisan-tulisan Dee selain karya fiksinya yang dapat ditemukan di weblognya,
cukup menggambarkan ''pandangan dunia'' Dee tentang hidup, cinta, dan takdir.
Hebatnya,
Dee bisa membungkus ide-ide yang sangat filosofis dan serius semacam itu melalui tokoh-tokoh remaja
novel ini. Dengan dua tokoh utama bernama Kugy dan Keenan, tokoh-tokoh remaja
lainnya dalam novel ini tampil dalam rentang empat tahun, dimulai saat Kugy dan
Keenan memulai masa perkuliahannya di Bandung.
Kisah ini dimulai dengan Keenan, seorang remaja pria yang cerdas,
artistik dan baru lulus SMA, yang selama enam tahun tinggal di
Amsterdam bersama neneknya. Keenan memiliki bakat melukis yang sangat kuat, dan
ia tidak punya cita-cita lain selain menjadi pelukis, tapi perjanjiannya dengan
ayahnya memaksa ia meninggalkan Amsterdam dan kembali ke Indonesia untuk
kuliah. Keenan diterima berkuliah di salah satu universitas di Bandung, di Fakultas Ekonomi.
Di
sisi lain, ada Kugy, gadis mungil yang aneh, cuek, pengkhayal, berantakan, dan
cenderug eksentrik.
Sejak kecil, Kugy menggila-gilai dongeng. Tak hanya koleksi dan punya taman
bacaan, ia juga senang menulis dongeng. Cita-citanya hanya satu: ingin menjadi
juru dongeng. Namun Kugy sadar bahwa penulis dongeng bukanlah profesi yang
meyakinkan dan mudah diterima lingkungan. Tak ingin lepas dari dunia menulis,
Kugy lantas meneruskan studinya di Fakultas Sastra.
Kugy dan Keenan dipertemukan lewat pasangan Eko dan Noni. Eko adalah sepupu
Keenan, sementara Noni adalah sahabat Kugy sejak kecil. Terkecuali Noni, mereka
semua hijrah dari Jakarta, lalu berkuliah di universitas yang sama di Bandung. Mereka berempat akhirnya bersahabat karib.
Perkenalan
Kugy dan Keenan di awal masa kuliah mereka ternyata pelan-pelan melahirkan
perasaan saling mengagumi dan saling menyukai. Namun, situasinya menjadi rumit
dengan fakta bahwa Kugy masih menjalin hubungan dengan Joshua, alias Ojos (panggilan yang semena-mena
diciptakan oleh Kugy). Sementara Keenan saat itu dicomblangkan oleh Noni dan Eko dengan seorang
kurator muda bernama Wanda. Dari titik inilah, ketegangan
kisah cinta Kugy dan Keenan yang sebenarnya dimulai.
Lebih
dari sekadar kisah cinta biasa, kisah Kugy dan Keenan juga menyimpan kisah
pergulatan panjang pencarian diri yang otentik. Gagasan ini, jika
disederhanakan dan diungkapkan dengan bahasa populer kalangan remaja, akan
serupa dengan upaya untuk ''menjadi diri sendiri''. Tentang bagaimana Kugy dan
Keenan merawat impian-impian, kata hati, pilihan hidup, dan cita-cita mereka,
berhadapan dengan kompleks realitas hidup di lingkungannya masing-masing yang
tak sederhana, dilematis, dan kadang tampak pahit.
Keenan, misalnya, digambarkan terpaksa kuliah
di jurusan manajemen, sementara sejatinya dia ingin menyerahkan hidupnya di
dunia kesenian. Ia harus mengikuti kehendak orang tuanya, sampai akhirnya di
satu titik perjalanan kisah ini Keenan mengambil sebuah keputusan yang sangat
berani: berhenti kuliah, berkomitmen mandiri secara ekonomi, dan total hidup
dengan melukis.
Keteguhan
Keenan dengan keputusannya ini tak bisa dilepaskan dari cerita-cerita
inspiratif yang ditulis Kugy, terutama saat Kugy tengah tertekan dan kalut
akibat proyek percomblangan Noni dan Eko, dan menuliskan pengalamannya dengan
anak-anak miskin di pinggiran Bandung dalam kisah Jenderal Pilik dan Pasukan
Alit.
Titik
penting novel ini terjadi saat Keenan memutuskan untuk menghilang dan tinggal
di Ubud bersama Pak Wayan, sahabat lama ibunya, dan memulai merajut mimpinya
menjadi pelukis. Di titik itu pula, pembaca akan merasakan bahwa jalinan
perasaan Kugy dan Keenan terancam putus. Apalagi saat jalinan cerita ini
menuturkan bahwa di Ubud Keenan terpikat dengan Luhde Laksmi, keponakan Pak
Wayan. Sementara Kugy, yang baru lulus kuliah dan kemudian bekerja di sebuah
biro iklan di Jakarta, menjalin hubungan dengan Remi, bosnya di kantor. Cerita
yang begitu rumit. Namun, akhirnya Remi
sadar bahwa hati Kugy hanya untuk Keenan, sementara Luhde juga sama, walau rasa
cinta itu ada, hati Keenan hanya untuk Kugy.
Di
bagian seperempat terakhir novel, pembaca akan menemukan bagian-bagian yang
sangat menentukan bagi penyelesaian konflik dan keseluruhan alur kisah novel
yang sebenarnya sudah lebih dulu dilansir dalam versi digital (WAP) pada April
2008. Di bagian ini, pembaca akan menemukan ''Dee yang sebenarnya'', yang
menghadirkan renungan-renungan hidup yang mendalam dengan juru bicara
tokoh-tokoh novel yang usianya kebanyakan masih belia. Memang, pembaca tidak
akan terlalu dibebani dengan metafor-metafor berat dan refleksi filosofis yang
cukup serius, seperti dalam Supernova: Ksatria, Puteri, dan Bintang Jatuh.
Namun, hal ini tidak mengurangi kualitas dan kedalaman refleksi Dee.
Salah
satu kelebihan novel ini adalah efek adiktif yang dimilikinya. Dee sendiri
menjelaskan bahwa novel ini memang mencoba mengambil semangat komik dan cerita
bersambung, yang pada dasarnya berupaya menjaga rasa penasaran pembaca. Membaca
Perahu Kertas, pembaca seperti akan dilayarkan ke suatu kisah yang cukup
menguras emosi, cukup bernuansa eksistensial,
dan kita
akan selalu menemukan Dee dalam kepiawaiannya berfilosofi dan bermetafora dalam
bercerita, menyembunyikan misi di balik diksi, dan menyematkan pesan ke dalam
perasaan. Ini adalah beberapa ungkapan yang menyematkan pesan kehidupan dan perlu kita
renungkan :
Mungkin harus dengan
cara yang kamu bilang dulu. Berputar menjadi sesuatu yang bukan kita, demi
menjadi diri kita lagi.
Keenan.
Hal. 46
Kenangan itu cuma hantu disudut pikir. Selama kita cuma diam dan nggak berbuat apa-apa, selamanya dia tetap jadi hantu. Nggak akan pernah jadi kenyataan.
Luhde.
Hal. 221
Hati kamu mungkin memilihku, seperti juga hatiku selalu memilihmu. Tapi hati bisa tumbuh dan bertahan dengan pilihan lain.
Pak Wayan
Hal. 299
Kalo itu memang betul kata hati kamu, ikuti saja. Nggak akan pernah mungkin salah.
Karel (kakak Kugy).
Hal. 405
Keenan.
Hal. 46
Kenangan itu cuma hantu disudut pikir. Selama kita cuma diam dan nggak berbuat apa-apa, selamanya dia tetap jadi hantu. Nggak akan pernah jadi kenyataan.
Luhde.
Hal. 221
Hati kamu mungkin memilihku, seperti juga hatiku selalu memilihmu. Tapi hati bisa tumbuh dan bertahan dengan pilihan lain.
Pak Wayan
Hal. 299
Kalo itu memang betul kata hati kamu, ikuti saja. Nggak akan pernah mungkin salah.
Karel (kakak Kugy).
Hal. 405
Di
tengah melimpahnya genre novel-novel populer remaja bertema cinta di pasar
perbukuan, novel ini dapat dikatakan sebagai sebuah terobosan baru untuk
berbagi kisah yang memikat dan inspiratif yang sarat nilai-nilai renungan
mendalam, jauh dari dangkal. Tak hanya soal cinta, tapi juga renungan soal
relasi etis antarmanusia.
"Hati tak
perlu memilih karena ia tahu ke mana dirinya akan berlabuh…"
(Dee_Perahu Kertas)
(Dee_Perahu Kertas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar