Kamis, 03 April 2014

Chapter 1 : The "S" Family Ever



THE "S" FAMILY EVER ^^


Chapter 1. 
 
Brak..!! Bruk..!! Prang..!!
suara gaduh di lantai atas rumah mewah itu mengawali pagi sebuah keluarga yang baru saja pindah dari Australia kemarin ke daerah Bandung ini. Ya, keluarga Pak Samuel atau yang lebih dikenal dengan sebutan “The S Family”. Dari bapak, ibu, anak sampe cucu pun (rencananya) berinisial nama S.
  Sony, Sany…!!!!! Berisik! Cepat buka pintunya! Teriak Ibu Siska, yang sekarang bergelar Nyonya Samuel.
Pintu terbuka, terpampanglah suatu fenomena yang pastinya membuat mata Nyonya Samuel mendelik kaget + naik darah. Bantal guling berserakan, bola kasti, bola golf, bola basket, bola voli dan segala macam jenis bola dan buku berserakan. Bahkan ada yang tersangkut di atas lemari. Itu belum apa-apa, ketika melihat dua anak kembarnya yang seperti kuntil anak, Nyonya Samuel hampir pingsan. Bagaimana tidak, mereka memakai baju putih milik Papanya yang hampir menenggelamkan tubuh mungil mereka. Rambut mereka acak-acakan, wajah mereka penuh bedak putih dan lipstick di sekeliling lingkaran mata mereka. Benar-benar kuntilnya anak.
 Morning mom, pagi ma” jawab kedua buah hatinya sambil cengar cengir.
Nyonya Samuel hanya bisa mencak-mencak dengan kedua tangan di pinggang bak model fashion show cuma beda kasus.
“ Apa-apaan ini?? Pagi-pagi udah bikin ribut, ditambah bikin berantakan. Kalian main apa sih? Tanya mamanya gemas sambil mengelap kedua wajah mereka.
“ Main perang-perangan ma” jawab putranya yang bermata kelabu, Sony.
“Trus kenapa pake bedak segala, pake lipstick lagi. Dimana kalian dapat?”
“ It’s your mom” jawab Sany, putrinya yang bermata coklat.
Ibunya hanya bisa geleng-geleng dan menghela nafas. Kedua bocah kecilnya ini selalu membuatnya berdecak. Baik itu decak kagum dan bangga maupun decak kesal seperti saat ini. Kedua anak kembar nya ini, dari segi fisik memang sulit dibedakan. Rambut coklat yang lurus, kulit putih yang sedikit pucat, bibir tipis yang mungil, gigi putih yang rata, tinggi dan berat badan, ukuran sepatu, ukuran baju, sampe ukuran sandal sama semua. Aneh kan padahal beda kelamin, mungkin karena mereka baru mau masuk SMP jadi belum kelihatan bedanya. Tapi kembar belum tentu sama. Mereka memiliki warna mata yang berbeda. Sony memiliki mata berwarna kelabu seperti mata Papanya, dan Sany coklat seperti mata Mamanya. Dari segi sifat dan bakat mereka juga sedikit berbeda. Contoh yang berbeda, Sony berprestasi di bidang akademik dan Sany di bidang olahraga. Sebenarnya kalau dipikir-pikir sih aneh dan ngerasa bakat mereka ketukar, tapi itulah mereka. Makanan, minuman, warna kesukaan, hobi juga beda. Sifat mereka yang sama cuma kalo lagi ada masalah atau stress mereka selalu tidur di luar. Buat tenda seperti kemah dan tidur disana.
“ Ya sudah, sekarang kalian mandi dan bersiap. Kalian akan masuk sekolah baru, jadi siapkan mental dan diri kalian mengerti?”
“ Siap bos, okey Mom” jawab mereka serentak sambil menghormat.
Mamanya hanya tersenyum dan kembali ke dapur. Oh ya satu lagi yang membuat mereka berbeda, bahasa. Samuel Alferdo, ayah mereka yang merupakan orang Prancis tidak terlalu lancar berbahasa Indonesia, tapi mengerti jika orang lain berbahasa Indonesia. Sedangkan Siska Andreany, ibu mereka merupakan orang Indonesia asli tidak telalu lancar berbahasa Prancis, tapi mengerti jika orang lain berbahasa Prancis. Jadi kedua orang itu disatukan dengan bahasa inggris. Jadilah dampaknya pada ketiga anak mereka. Ketiga?
“ Ma, dimana dasi papa? Papa nyariin terus tuh dari tadi” teriak seorang pemuda dari lantai bawah.
“ Ada di lemari, Sam. Lemari  nomor 2” seru mamanya sambil menuruni tangga.
Pemuda itu  adalah Sam, anak sulung mereka. Yang baru lulus SMP dan akan masuk SMA di tanah kelahiran ibunya. Sam beda 3 tahun dengan kedua adik kembarnya. Tapi dialah penyatu keduanya. Dari segi fisik Sam memiliki rambut hitam nan lembut seperti ibunya dan mata kelabu seperti ayahnya. Sam memiliki segudang prestasi yang mengagumkan baik di bidang akademik maupun ekstrakulikuler. Yang paling unik dari dirinya adalah, kuncir rambutnya yang selalu diikat.
“ Dad, mama bilang dasinya ada di lemari nomor 2”
Oh ya, hampir lupa. Karena beda bahasa itulah akhirnya ketiga anak mereka menguasai bahasa yang berbeda-beda. Tak terkecuali Sam, di menguasai empat bahasa yaitu bahasa Indonesia, Bahasa prancis, bahasa Belanda dan bahasa inggris. Mungkin karena anak pertama jadi penguasaan bahasanya bagus, terlebih lagi dia pernah tinggal setahun bersama neneknya di prancis. Pasti heran kenapa Sam bisa bahasa belanda, padahal tidak ada keluarga mereka yang berdarah belanda. Sebenarnya Sam bercita-cita pergi ke Negara kincir angin itu untuk kuliah nanti, maka sejak SMP dia kursus bahasa Belanda. Lain halnya dengan Sony dan Sany, mereka hanya menguasai satu bahasa. Sony lebih suka berbahasa Indonesia, bukannya dia tidak tahu bahasa inggris atau prancis, dia tahu  walau sedikit-sedikit. Dan karena memang dia lebih dekat pada mamanya. Sany lebih dekat dengan papanya sehingga ia lebih suka berbahasa inggris tapi sama halnya dengan Sony bukan berarti dia tidak bisa bahasa Indonesia atau bahasa prancis.
Ini adalah hari pertama mereka untuk mulai melakukan aktivitas di tempat baru. Sam akan memulai masa SMA-nya di Indonesia bersama kedua adik kembarnya di bangku SMP tentu saja.
“ semuanya,  sarapan sudah siap ayo turun!” seru mamanya dari ruang makan.
morning honeysapa papa dengan senyum memikatnya.
“Pagi sayang, duduklah” jawabnya sambil menuangkan susu.
“ Morning!!!” Sany dengan riang gembira mencium pipi papa dan mamanya, lalu ke kursinya.
“ Mana sony??” Tanya ibunya hera. Karena biasanya mereka selalu turun berdua.
“ Dia lagi pake dasi, dari tadi nggak selesai-selesai, jadi aku turun duluan” jawabnya dengan bahasa inggris yang super lancar.
Tak lama kemudian Sam turun bersama Sony, heran juga tumben keduanya akur. Turun bersama. Jarang-jarang tuh.
Sony kata Sany kamu tidak bisa pasang dasi ya..kenapa tidak minta tolong papa saja?” Tanya papanya.
“ Udah bisa kok, dibantu kak Sam tadi” jawabnya malu-malu.
“Tumben kalian akur, ada apa ini?” Tanya mamanya menggoda.
“ Nggak ada apa-apa kok, kasian aja liat dia dari tadi keringetan hanya untuk pasang dasi” jawab Sam yang membuat Sony langsung cemberut.
haha….bener  banget tuh Ma, Pa” Sany tertawa kecil.
“ Rese!” Sony makin cemberut diejek begitu, sedangkan Sam dan Sany senyum-senyum jahil. Untuk masalah ngerjain Sony, Sam and Sany selau kompak.
“ok sekarang kita sarapan dulu” kata Mama.
Seperti itulah rutinitas keluarga yang bisa dibilang kecil dan nyaman.

TO BE CONTINUED :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar