THE "S" FAMILY EVER ^^
Chapter 1.
Brak..!! Bruk..!! Prang..!!
Brak..!! Bruk..!! Prang..!!
suara gaduh di lantai atas
rumah mewah itu mengawali pagi sebuah keluarga yang baru saja pindah dari
Australia kemarin ke daerah Bandung ini. Ya, keluarga Pak Samuel atau yang
lebih dikenal dengan sebutan “The S Family”. Dari bapak, ibu, anak sampe cucu
pun (rencananya) berinisial nama S.
“ Sony, Sany…!!!!! Berisik! Cepat buka
pintunya! Teriak Ibu Siska, yang sekarang bergelar Nyonya Samuel.
Pintu
terbuka, terpampanglah suatu fenomena yang pastinya membuat mata Nyonya Samuel mendelik
kaget + naik darah. Bantal guling berserakan, bola kasti, bola golf, bola
basket, bola voli dan segala macam jenis bola dan buku berserakan. Bahkan ada
yang tersangkut di atas lemari. Itu belum apa-apa, ketika melihat dua anak
kembarnya yang seperti kuntil anak, Nyonya Samuel hampir pingsan. Bagaimana
tidak, mereka memakai baju putih milik Papanya yang hampir menenggelamkan tubuh
mungil mereka. Rambut mereka acak-acakan, wajah mereka penuh bedak putih dan
lipstick di sekeliling lingkaran mata mereka. Benar-benar kuntilnya anak.
“ Morning mom, pagi ma” jawab kedua buah hatinya
sambil cengar cengir.
Nyonya Samuel hanya bisa
mencak-mencak dengan kedua tangan di pinggang bak model fashion show cuma beda
kasus.
“ Apa-apaan ini?? Pagi-pagi
udah bikin ribut, ditambah bikin berantakan. Kalian main apa sih? Tanya mamanya
gemas sambil mengelap kedua wajah mereka.
“ Main perang-perangan ma”
jawab putranya yang bermata kelabu, Sony.
“Trus kenapa pake bedak
segala, pake lipstick lagi. Dimana kalian dapat?”
“ It’s your mom” jawab Sany,
putrinya yang bermata coklat.
Ibunya hanya bisa
geleng-geleng dan menghela nafas. Kedua bocah kecilnya ini selalu membuatnya
berdecak. Baik itu decak kagum dan bangga maupun decak kesal seperti saat ini.
Kedua anak kembar nya ini, dari segi fisik memang sulit dibedakan. Rambut
coklat yang lurus, kulit putih yang sedikit pucat, bibir tipis yang mungil,
gigi putih yang rata, tinggi dan berat badan, ukuran sepatu, ukuran baju, sampe
ukuran sandal sama semua. Aneh kan padahal beda kelamin, mungkin karena mereka
baru mau masuk SMP jadi belum kelihatan bedanya. Tapi kembar belum tentu sama.
Mereka memiliki warna mata yang berbeda. Sony memiliki mata berwarna kelabu
seperti mata Papanya, dan Sany coklat seperti mata Mamanya. Dari segi sifat dan
bakat mereka juga sedikit berbeda. Contoh yang berbeda, Sony berprestasi
di bidang akademik dan Sany di bidang olahraga. Sebenarnya kalau dipikir-pikir sih
aneh dan ngerasa bakat mereka ketukar, tapi itulah mereka. Makanan, minuman, warna
kesukaan, hobi juga beda. Sifat mereka yang sama cuma kalo lagi ada masalah
atau stress mereka selalu tidur di luar. Buat tenda seperti kemah dan tidur
disana.
“ Ya sudah, sekarang kalian
mandi dan bersiap. Kalian akan masuk sekolah baru, jadi siapkan mental dan diri
kalian mengerti?”
“ Siap bos, okey Mom” jawab
mereka serentak sambil menghormat.
Mamanya hanya tersenyum dan
kembali ke dapur. Oh ya satu lagi yang membuat mereka berbeda, bahasa. Samuel
Alferdo, ayah mereka yang merupakan orang Prancis tidak terlalu lancar berbahasa
Indonesia, tapi mengerti jika orang lain berbahasa Indonesia. Sedangkan Siska
Andreany, ibu mereka merupakan orang Indonesia asli tidak telalu lancar
berbahasa Prancis, tapi mengerti jika orang lain berbahasa Prancis. Jadi kedua
orang itu disatukan dengan bahasa inggris. Jadilah dampaknya pada ketiga anak
mereka. Ketiga?
“ Ma, dimana dasi papa? Papa
nyariin terus tuh dari tadi” teriak seorang pemuda dari lantai bawah.
“ Ada di lemari, Sam.
Lemari nomor 2” seru mamanya sambil
menuruni tangga.
Pemuda itu adalah Sam, anak sulung mereka. Yang baru
lulus SMP dan akan masuk SMA di tanah kelahiran ibunya. Sam beda 3 tahun dengan
kedua adik kembarnya. Tapi dialah penyatu keduanya. Dari segi fisik Sam
memiliki rambut hitam nan lembut seperti ibunya dan mata kelabu seperti
ayahnya. Sam memiliki segudang prestasi yang mengagumkan baik di bidang akademik
maupun ekstrakulikuler. Yang paling unik dari dirinya adalah, kuncir rambutnya
yang selalu diikat.
“ Dad, mama bilang dasinya
ada di lemari nomor 2”
Oh ya, hampir lupa. Karena
beda bahasa itulah akhirnya ketiga anak mereka menguasai bahasa yang
berbeda-beda. Tak terkecuali Sam, di menguasai empat bahasa yaitu bahasa
Indonesia, Bahasa prancis, bahasa Belanda dan bahasa inggris. Mungkin karena
anak pertama jadi penguasaan bahasanya bagus, terlebih lagi dia pernah tinggal
setahun bersama neneknya di prancis. Pasti heran kenapa Sam bisa bahasa
belanda, padahal tidak ada keluarga mereka yang berdarah belanda. Sebenarnya
Sam bercita-cita pergi ke Negara kincir angin itu untuk kuliah nanti, maka
sejak SMP dia kursus bahasa Belanda. Lain halnya dengan Sony dan Sany, mereka
hanya menguasai satu bahasa. Sony lebih suka berbahasa Indonesia, bukannya dia
tidak tahu bahasa inggris atau prancis, dia tahu walau sedikit-sedikit. Dan karena memang dia
lebih dekat pada mamanya. Sany lebih dekat dengan papanya sehingga ia lebih
suka berbahasa inggris tapi sama halnya dengan Sony bukan berarti dia tidak
bisa bahasa Indonesia atau bahasa prancis.
Ini adalah hari pertama mereka
untuk mulai melakukan aktivitas di tempat baru. Sam akan memulai masa SMA-nya
di Indonesia bersama kedua adik kembarnya di bangku SMP tentu saja.
“ semuanya, sarapan sudah siap ayo turun!” seru mamanya
dari ruang makan.
“ morning honey” sapa papa dengan senyum memikatnya.
“Pagi sayang, duduklah”
jawabnya sambil menuangkan susu.
“ Morning!!!” Sany dengan
riang gembira mencium pipi papa dan mamanya, lalu ke kursinya.
“ Mana sony??” Tanya ibunya
hera. Karena biasanya mereka selalu turun berdua.
“ Dia lagi pake dasi, dari tadi nggak selesai-selesai,
jadi aku turun duluan” jawabnya dengan
bahasa inggris yang super lancar.
Tak lama kemudian Sam turun bersama Sony,
heran juga tumben keduanya akur. Turun bersama. Jarang-jarang tuh.
“ Sony kata Sany kamu tidak bisa pasang dasi ya..kenapa tidak minta
tolong papa saja?” Tanya papanya.
“ Udah bisa kok, dibantu kak Sam tadi”
jawabnya malu-malu.
“Tumben kalian akur, ada apa ini?” Tanya
mamanya menggoda.
“ Nggak ada apa-apa kok, kasian aja liat dia
dari tadi keringetan hanya untuk pasang dasi” jawab Sam yang membuat Sony
langsung cemberut.
“ haha….bener banget tuh Ma,
Pa”
Sany tertawa kecil.
“ Rese!” Sony makin cemberut diejek begitu,
sedangkan Sam dan Sany senyum-senyum jahil. Untuk masalah ngerjain Sony, Sam
and Sany selau kompak.
“ok sekarang kita sarapan dulu” kata Mama.
Seperti itulah rutinitas keluarga yang bisa
dibilang kecil dan nyaman.
TO BE CONTINUED :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar