GEMERCIK CINTA DALAM
MITOS
Chapter 3 [The Last Chapter].
“ Menginap?!! Malam ini?!”
tanyaku kaget sewaktu Dylan mengatakan akan menginap malam ini.
“ Kok kaget? Om kan
memintaku menjaga kalian, jadi aku harus menginap disini kan?”
Astaga
aku lupa akan hal itu. Berarti malam ini Dylan akan menginap? Oh Tuhan!!!
Gara-gara perkataan Lian tadi siang aku jadi kepikiran dan melupakan hal ini.
Dan lagi aku jadi berharap. Tapi sepertinya hanya aku sendiri yang merasa
begitu. Mengingat itu membuatku kecewa.
“ Masak apa ya untuk makan
malam” Dylan mengutak-atik isi kulkas dapur.
“ Untuk makan malam biar
aku yang masak” kataku pada Dylan yag hendak memasak untuk makan malam. Dylan
memang bisa memasak, dan hasil masakannya juga lumayan.
“ Eh?”
“ Kenapa? Memangnya salah
aku mau masak?” kataku ketus.
“ Tidak. Cuma tumben kau
mau masak, biasannya kan tidak”
“ Itu karena mama melarangku
masak. Apalagi kalau kamu makan malam disini, jadi mama tidak ingin kamu sakit
perut karena makan masakkanku”
“ Itu sih karena kau
terlalu kreatif untuk membuat aneka makanan baru yang belum teruji baik untuk
dimakan” kata Dylan sambil menahan tawa dan terus mengutak-atik isi kulkas.
“ Kakak! Ada Dika juga
nih, masak yang banyak ya!” seru Mika dari ruang makan.
Aku
segera pun pergi ke ruang makan meninggalkan Dylan di dapur.
“ Baiklah kita makan apa
nih?” tanyaku sambil menghampiri Mika dan Dika, adik Dylan.
“ Hemm...apa ya?? Kamu mau
makan apa Dika? “ tanya Mika.
“Yang jelasnya bukan resep
baru karya kak Ayu” jawab Dika tanpa memperdulikan aku.
“ Apa katamu? tidak semua
resep baruku mematikan tahu!” kataku kesal. Dasar anak-anak ini tidak mau
bersyukur punya kakak yang pandai masak sepertiku.
“ Kalau kau Dylan, mau
maka apa?” tanyaku pada Dylan yang sejak tadi sibuk mencari sesuatu di dalam
kulkas.
“ Makan ini saja, kita
buat sate kambing” jawabnya riang sambil menunjukkan daging kambing favoritku
yang selalu tersedia di kulkas.
“ Kenapa itu?” tanyaku
heran.
“ Iya kak Dylan, kenapa
daging kambing sih? Itu kan makanan kesukaan kak Ayu” tanya Mika.
“ Iya kak. Aku kan nggak
suka daging kambing” Dika juga tidak setuju denga pilihan Dylan.
“ Ya sudah, aku juga tidak
ingin makan daging kambing sekarang. Kita masak ayam goreng saja ” jawabku
menengahi. Aku tahu Dylan ingin aku senang, makanya setiap dia menginap selalu
ingin makan daging kambing padahal dia tidak terlalu suka.
“ Kau mau masak makanan
kesukaanku ya?” tanya Dylan dengan senangnya. Aku kaget melihat ekspresinya dan
membuatku berdebar.
“ Tidak! Aku masak ayam
goreng karena Mika dan Dika juga suka, bukan karena kamu saja ” jawabku dengan
wajah yang terasa panas. Pasti wajahku memerah. Duh malunya, batinku.
“ Manisnnya! Aku senang
sekali” Dylan tiba-tiba saja memelukku, jantungku seperti mau copot rasanya.
“ Cepetan dong kak! Kita
lapar nih” kata Mika.
“ Kak Dylan jangan ganggu
kak Ayu dong. Mana bisa masak kalau digangguin terus” kata Dika sedikit kesal.
Dylan melepas pelukannya. Huft selamat-selamat, untung ada adik-adik.
“ Tunggu bentar ya” kataku
pada mereka bertiga.
Lima belas menit kemudian
ayam goreng yang aku masak sudah siap dihidangkan.
“ Nah! Sudah jadi, ayo
makan” katku sambil menghidangkan ayam goreng di tengah meja makan.
“ Oke, ayo serbu!!” mereka
bertiga makan lahap sekali. Aku senang.
Setelah makan malam Dika
pamit pulang karena mau mengerjakan PR. Mika belajar bersama Dylan di kamarnya
karena dia akan ulangan besok. Aku sendiri main laptop di ruang tengah.
Tiba-tiba saja Mika keluar kamar dan menghampiriku, disusul Dylan.
“ Kakak kita tidur bertiga
yuk!” minta Mika tiba-tiba membuatku kaget.
“ Apa??!” tanyaku kaget
tak percaya.
“ Oh ya, Mika takut gelap,
kan?” kata Dylan.
“ Tapi kamu kan bisa tidur
sendiri dengan lampu menyala jadi tidak perlu takut” kataku. Aku harap Mika
berubah pikiran.
“ Bukan gitu, kok. Jarang
kan bisa bergadang, makanya aku ingin tidur bertiga. Asyik kan” kata Mika
dengan mata berbinar.
“ Tapi besok kamu mau
ulangan, kalau bergadang nanti kamu bangun kesiangan” kataku lagi.
“ Aku sudah belajar kok
dan lagi kan ada alarm jadi bisa bangun pagi” jawabnya.
Oh
tidak!! Bagaimana ini? Masa’ aku tidur bareng Dylan. Tapi akhirnya aku harus
menuruti permintaan Mika kalau tidak ingin Mika marah.
Akhirnya
kami tidur bertiga di ruang tengah. Aku dan Mika dipinggir, dan Dylan ditengah.
Debaran jantungku tidak bisa hilang, malah makin kencang. Lebih baik aku
kembali ke kamar. Aku menbuka selimut dan siap untuk lari ke kamar, tapi tiba-tiba
saja tangan kokoh dengan sigapnya menarikku kedalam pelukannya. Dan ternyata
Dylan!! Bagaimana ini?? Aroma tubuhnya menyelimutiku. Aduh!!! Detak jantungku jadi
semakain cepat. Deg..! deg..! deg..! bahkan aku bisa mendengarnya. Apakah Dylan
juga mendengar detak jantungku? Dengan jarak sedekat ini apakah perasaanku bisa
tersampaikan padamu?
“ Suka...aku suka Dylan”
tanpa sadar aku mengatakannnya.
Tiba-tiba
Dylan membuka mata. Dylan bangun?! Bohong!! Aku lari sekuat tenaga. Astaga
berarti ketahuan kalau aku masih menyukainya!! Padahal aku sudah janji.
“ Ayu!!!” teriak Dylan
langsung mengejarku.
“ Ayu tunggu!” Dylan
meraih tangnku.
“ Lepaaskan!! Apa-apaan
itu?! Pura-pura tidur untuk mempermainkan aku”
“ Bukan!! Aku menyukaimu!”
Dylan memelukku dengan erat.
“ sebenarnya, aku selalu
menyukaimu. Aku baru sadar perasaanku setelah janji itu, tapi tidak bisa
bilang. Habis, kupikir Ayu hanya menganggapku teman seperti dulu. Aku hanya
ingin membuatmu menyadari perasaanku. Aku tidak bermaksud iseng” Dylan
menjelaskan panjang lebar sambil melepas pelukannya.
“ Bohong” aku berurai air
mata.
Kami
saling berpandangan. Wajah Dylan semakin mendekat. Aku tahu dia akan menciumku
tapi aku tidak mau disini. PUK!!!
“ Aduh!!”
“ Tunggu!” kataku sambil
mendorong wajahnya.
“ Kenapa sih?” tanyanya
kesal.
“ Sini!” aku berlari
menuju sekolah.
“ Ruang festival lama?”
tanya Dylan heran.
“ Kunci jendela ini rusak,
jadi kita bisa masuk lewat sini” walau sedikit gelap karena tidak ada lampu,
namun cahaya bulan yang terang membantu kami melihat dalam keremangan.
“ Oh..mitos cinta itu, ya?
Aku pikir kau tidak tertarik”
“ Memang sih, tapi kata
mitos itu...
Tiba-tiba Dylan menarikku
dalam pelukkannya dan...
‘CUP’!!!
“ Kita akan bahagia
selamanya!” kata Dylan sambil tersenyum bahagia.
“ Ya” jawabku dengan wajah
yang terasa panas.
Di ruang
festival lama yang tersiram cahaya bulan purnama terukir cinta abadi.
TAMAT.
Akhirnya selesai juga, walau endingnya aneh :D
BalasHapus