Minggu, 06 April 2014

Chapter 3 [The Last Chapter] : Gemercik Cinta Dalam Mitos



GEMERCIK CINTA DALAM MITOS
 
 Chapter 3 [The Last Chapter].

“ Menginap?!! Malam ini?!” tanyaku kaget sewaktu Dylan mengatakan akan menginap malam ini.
“ Kok kaget? Om kan memintaku menjaga kalian, jadi aku harus menginap disini kan?”
Astaga aku lupa akan hal itu. Berarti malam ini Dylan akan menginap? Oh Tuhan!!! Gara-gara perkataan Lian tadi siang aku jadi kepikiran dan melupakan hal ini. Dan lagi aku jadi berharap. Tapi sepertinya hanya aku sendiri yang merasa begitu. Mengingat itu membuatku kecewa.
“ Masak apa ya untuk makan malam” Dylan mengutak-atik isi kulkas dapur.
“ Untuk makan malam biar aku yang masak” kataku pada Dylan yag hendak memasak untuk makan malam. Dylan memang bisa memasak, dan hasil masakannya juga lumayan.
“ Eh?”
“ Kenapa? Memangnya salah aku mau masak?” kataku ketus.
“ Tidak. Cuma tumben kau mau masak, biasannya kan tidak”
“ Itu karena mama melarangku masak. Apalagi kalau kamu makan malam disini, jadi mama tidak ingin kamu sakit perut karena makan masakkanku”
“ Itu sih karena kau terlalu kreatif untuk membuat aneka makanan baru yang belum teruji baik untuk dimakan” kata Dylan sambil menahan tawa dan terus mengutak-atik isi kulkas.
“ Kakak! Ada Dika juga nih, masak yang banyak ya!” seru Mika dari ruang makan.
Aku segera pun pergi ke ruang makan meninggalkan Dylan di dapur.
“ Baiklah kita makan apa nih?” tanyaku sambil menghampiri Mika dan Dika, adik Dylan.
“ Hemm...apa ya?? Kamu mau makan apa Dika? “ tanya Mika.
“Yang jelasnya bukan resep baru karya kak Ayu” jawab Dika tanpa memperdulikan aku.
“ Apa katamu? tidak semua resep baruku mematikan tahu!” kataku kesal. Dasar anak-anak ini tidak mau bersyukur punya kakak yang pandai masak sepertiku.
“ Kalau kau Dylan, mau maka apa?” tanyaku pada Dylan yang sejak tadi sibuk mencari sesuatu di dalam kulkas.
“ Makan ini saja, kita buat sate kambing” jawabnya riang sambil menunjukkan daging kambing favoritku yang selalu tersedia di kulkas.
“ Kenapa itu?” tanyaku heran.
“ Iya kak Dylan, kenapa daging kambing sih? Itu kan makanan kesukaan kak Ayu” tanya Mika.
“ Iya kak. Aku kan nggak suka daging kambing” Dika juga tidak setuju denga pilihan Dylan.
“ Ya sudah, aku juga tidak ingin makan daging kambing sekarang. Kita masak ayam goreng saja ” jawabku menengahi. Aku tahu Dylan ingin aku senang, makanya setiap dia menginap selalu ingin makan daging kambing padahal dia tidak terlalu suka.
“ Kau mau masak makanan kesukaanku ya?” tanya Dylan dengan senangnya. Aku kaget melihat ekspresinya dan membuatku berdebar.
“ Tidak! Aku masak ayam goreng karena Mika dan Dika juga suka, bukan karena kamu saja ” jawabku dengan wajah yang terasa panas. Pasti wajahku memerah. Duh malunya, batinku.
“ Manisnnya! Aku senang sekali” Dylan tiba-tiba saja memelukku, jantungku seperti mau copot rasanya.
“ Cepetan dong kak! Kita lapar nih” kata Mika.
“ Kak Dylan jangan ganggu kak Ayu dong. Mana bisa masak kalau digangguin terus” kata Dika sedikit kesal. Dylan melepas pelukannya. Huft selamat-selamat, untung ada adik-adik.
“ Tunggu bentar ya” kataku pada mereka bertiga.
Lima belas menit kemudian ayam goreng yang aku masak sudah siap dihidangkan.
“ Nah! Sudah jadi, ayo makan” katku sambil menghidangkan ayam goreng di tengah meja makan.
“ Oke, ayo serbu!!” mereka bertiga makan lahap sekali. Aku senang.

  
Setelah makan malam Dika pamit pulang karena mau mengerjakan PR. Mika belajar bersama Dylan di kamarnya karena dia akan ulangan besok. Aku sendiri main laptop di ruang tengah. Tiba-tiba saja Mika keluar kamar dan menghampiriku, disusul Dylan.
“ Kakak kita tidur bertiga yuk!” minta Mika tiba-tiba membuatku kaget.
“ Apa??!” tanyaku kaget tak percaya.
“ Oh ya, Mika takut gelap, kan?” kata Dylan.
“ Tapi kamu kan bisa tidur sendiri dengan lampu menyala jadi tidak perlu takut” kataku. Aku harap Mika berubah pikiran.
“ Bukan gitu, kok. Jarang kan bisa bergadang, makanya aku ingin tidur bertiga. Asyik kan” kata Mika dengan mata berbinar.
“ Tapi besok kamu mau ulangan, kalau bergadang nanti kamu bangun kesiangan” kataku lagi.
“ Aku sudah belajar kok dan lagi kan ada alarm jadi bisa bangun pagi” jawabnya.
Oh tidak!! Bagaimana ini? Masa’ aku tidur bareng Dylan. Tapi akhirnya aku harus menuruti permintaan Mika kalau tidak ingin Mika marah.
Akhirnya kami tidur bertiga di ruang tengah. Aku dan Mika dipinggir, dan Dylan ditengah. Debaran jantungku tidak bisa hilang, malah makin kencang. Lebih baik aku kembali ke kamar. Aku menbuka selimut dan siap untuk lari ke kamar, tapi tiba-tiba saja tangan kokoh dengan sigapnya menarikku kedalam pelukannya. Dan ternyata Dylan!! Bagaimana ini?? Aroma tubuhnya menyelimutiku. Aduh!!! Detak jantungku jadi semakain cepat. Deg..! deg..! deg..! bahkan aku bisa mendengarnya. Apakah Dylan juga mendengar detak jantungku? Dengan jarak sedekat ini apakah perasaanku bisa tersampaikan padamu?
“ Suka...aku suka Dylan” tanpa sadar aku mengatakannnya.
Tiba-tiba Dylan membuka mata. Dylan bangun?! Bohong!! Aku lari sekuat tenaga. Astaga berarti ketahuan kalau aku masih menyukainya!! Padahal aku sudah janji.
“ Ayu!!!” teriak Dylan langsung mengejarku.
“ Ayu tunggu!” Dylan meraih tangnku.
“ Lepaaskan!! Apa-apaan itu?! Pura-pura tidur untuk mempermainkan aku”
“ Bukan!! Aku menyukaimu!” Dylan memelukku dengan erat.
“ sebenarnya, aku selalu menyukaimu. Aku baru sadar perasaanku setelah janji itu, tapi tidak bisa bilang. Habis, kupikir Ayu hanya menganggapku teman seperti dulu. Aku hanya ingin membuatmu menyadari perasaanku. Aku tidak bermaksud iseng” Dylan menjelaskan panjang lebar sambil melepas pelukannya.
“ Bohong” aku berurai air mata.
Kami saling berpandangan. Wajah Dylan semakin mendekat. Aku tahu dia akan menciumku tapi aku tidak mau disini. PUK!!!
“ Aduh!!”
“ Tunggu!” kataku sambil mendorong wajahnya.
“ Kenapa sih?” tanyanya kesal.
“ Sini!” aku berlari menuju sekolah.
“ Ruang festival lama?” tanya Dylan heran.
“ Kunci jendela ini rusak, jadi kita bisa masuk lewat sini” walau sedikit gelap karena tidak ada lampu, namun cahaya bulan yang terang membantu kami melihat dalam keremangan.
“ Oh..mitos cinta itu, ya? Aku pikir kau tidak tertarik”
“ Memang sih, tapi kata mitos itu...
Tiba-tiba Dylan menarikku dalam pelukkannya dan...
‘CUP’!!!
“ Kita akan bahagia selamanya!” kata Dylan sambil tersenyum bahagia.
“ Ya” jawabku dengan wajah yang terasa panas.
Di ruang festival lama yang tersiram cahaya bulan purnama terukir cinta abadi.

TAMAT.
 

1 komentar: